Sabtu, 13 Juli 2013 10:51
Tingkat literasi membaca, matematika, dan sains siswa di seluruh dunia dapat diketahui dari
tiga studi internasional yang dipercaya sebagai instrumen untuk menguji kompetensi global,
yaitu PIRLS, PISA, dan TIMSS. PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study)
adalah studi literasi membaca yang dirancang untuk mengetahui kemampuan anak sekolah
dasar dalam memahami bermacam ragam bacaan.
Penilaiannya difokuskan pada dua tujuan membaca yang sering dilakukan anak-anak, baik
membaca di sekolah maupun di rumah, yaitu membaca cerita/karya sastra dan membaca untuk
memperoleh dan menggunakan informasi.
PISA (Programme for International Student Assessment) adalah studi literasi yang bertujuan
untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 tahun (kelas III SMP dan
Kelas I SMA) dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains
(scientific literacy). Penilaian yang dilakukan dalam PISA berorientasi ke masa depan, yaitu
menguji kemampuan anak muda itu untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan
mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan nyata, tidak semata-mata mengukur
kemampuan yang dicantumkan dalam kurikulum sekolah.
TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) adalah studi internasional
untuk kelas IV dan VIII dalam bidang Matematika dan Sains. TIMMS dilaksanakan untuk
mengetahui tingkat pencapaian siswa berbagai negara di dunia sekaligus memperoleh
informasi yang bermanfaat tentang konteks pendidikan Matematika dan Sains. Pada tahun
1999, hasil studi menunjukkan bahwa di antara 38 negara peserta, prestasi siswa SMP kelas
VII Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk sains dan ke-34 untuk Matematika.
Dalam studi literasi juga terdapat perbandingan pencapaian literasi siswa laki-laki dibandingkan
dengan siswa perempuan. Pada umumnya, siswa perempuan memperoleh nilai rata-rata yang
lebih tinggi di semua Negara terkecuali di Liechtenstein. Siswa perempuan mendapatkan
kenaikan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki dengan perbedaan
nilai sebesar 16 poin untuk siswa perempuan dan 11 poin untuk siswa laki-laki. Sebagai
perbandingan, pada literasi matematika, pencapaian siswa laki-laki masih lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa perempuan pada hampir semua negara peserta.
Di Indonesia, siswa perempuan mendapatkan kenaikan nilai yang lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa laki-laki dengan perbedaan nilai sebesar 16 poin untuk siswa
perempuan dan 11 poin untuk siswa laki-laki. Pencapaian untuk masing-masing tingkat
literasi menunjukkan bahwa pencapaian siswa perempuan di bawah tingkat literasi-1
bertambah dengan drastis dengan penurunan pencapaian pada tingkat literasi-3 sampai 5.
Tingkat literasi membaca, matematika, dan sains siswa-siswi Indonesia termasuk rendah
dibandingkan dengan tingkat literasi siswa seusia mereka di dunia. Dari studi tahun 1999 itu
diketahui bahwa keterampilan membaca kelas IV Sekolah Dasar kita berada pada tingkat
terendah di Asia Timur.
Rendahnya pencapaian literasi siswa kita itu tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor. Tiga hal
yang akan dibahas di bawah ini berkenaan dengan ‘kurikulum’ atau desain soal PISA
dibandingkan dengan standar isi atau kurikulum kita, serta kerangka teoretis yang
melatarbelakangi perancangan soal tersebut. (Mayla, dikutip dari Makalah Perbandingan
Gender Dalam Prestasi Literasi Siswa Indonesia, Dr. Suhendra Yusuf, M.A
.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar