Sabtu, 31 Agustus 2013

Misi Kepler NASA: Tiga Planet Berukuran Super-Bumi Ditemukan Dalam Zona Layak Huni

Sabtu, 20 April 2013 - "Penemuan planet-planet berbatu di zona layak huni itu membawa kita sedikit lebih dekat untuk menemukan tempat seperti rumah. Ini hanya masalah waktu sebelum kita mengetahui apakah galaksi adalah rumah bagi banyak planet seperti Bumi, ataukah kita memang langka."

Misi Kepler NASA telah menemukan dua sistem planet yang menjadi tempat bagi tiga planet berukuran super-Bumi dalam “zona layak huni”, zona di mana kisaran jaraknya dari bintang memungkinkan planet yang mengorbit berpeluang menyimpan zat cair.
Sistem Kepler-62 terdiri dari lima planet, yakni 62b, 62c, 62d, 62e dan 62f. Sedangkan sistem Kepler-69 hanya terdiri dari dua planet: 69b dan 69c. Tiga di antaranya, kepler-62e, 62f dan 69c, merupakan planet berukuran super-Bumi.
Dua planet super-Bumi ditemukan di seputar bintang yang lebih kecil dan lebih dingin dari matahari. Kepler-62f hanya berukuran 40 persen lebih besar dari Bumi, menjadikannya sebagai planet ekstrasurya yang ukurannya paling dekat dengan planet kita dalam zona layak huni bintang lain. Kepler-62f cenderung memiliki komposisi yang berbatu. Kepler-62e, yang mengorbit di tepi bagian dalam zona layak huni, berukuran sekitar 60 persen lebih besar dari Bumi.
Ukuran relatif semua planet zona layak huni yang baru ditemukan dengan didampingkan dengan Bumi. Dari kiri ke kanan: Kepler-22b, Kepler-69c, Kepler-62e, Kepler-62f dan Bumi (kecuali Bumi, gambar ini didasarkan ilustrasi artistik). (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Ukuran relatif semua planet zona layak huni yang baru ditemukan dengan didampingkan dengan Bumi. Dari kiri ke kanan: Kepler-22b, Kepler-69c, Kepler-62e, Kepler-62f dan Bumi (kecuali Bumi, gambar ini didasarkan ilustrasi artistik). (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Planet ketiga, Kepler-69c, berukuran 70 persen lebih besar dari Bumi, mengorbit dalam zona layak huni di seputar bintang yang mirip dengan matahari kita. Para astronom tidak terlalu yakin mengenai komposisi Kepler-69c, namun dari orbitnya yang memakan waktu 242 hari, planet itu serupa dengan planet tetangga kita, Venus.
Para ilmuwan belum mengetahui apakah ada kehidupan di planet-planet yang baru ditemukan itu, namun temuan mereka ini memberi sinyal bahwa kita sudah selangkah lebih dekat dalam menemukan dunia yang mirip dengan Bumi di seputar bintang seperti matahari kita.
“Pesawat ruang angkasa Kepler sudah pasti berubah menjadi bintang rock-nya dunia sains,” ujar John Grunsfeld, administrator Science Mission Directorate di Markas NASA di Washington, “Penemuan planet-planet berbatu di zona layak huni itu membawa kita sedikit lebih dekat untuk menemukan tempat seperti rumah. Ini hanya masalah waktu sebelum kita mengetahui apakah galaksi adalah rumah bagi banyak planet seperti Bumi, ataukah kita memang langka.”
Diagram yang membandingkan planet-planet dalam tata surya kita dengan dua planet dalam sistem Kepler-69 yang berjarak sekitar 2.700 tahun cahaya dari Bumi. (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Diagram yang membandingkan planet-planet dalam tata surya kita dengan dua planet dalam sistem Kepler-69 yang berjarak sekitar 2.700 tahun cahaya dari Bumi. (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Diagram yang membandingkan planet-planet dalam tata surya kita dengan kelima planet dalam sistem Kepler-62 yang berjarak sekitar 1.200 tahun cahaya dari Bumi. (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Diagram yang membandingkan planet-planet dalam tata surya kita dengan kelima planet dalam sistem Kepler-62 yang berjarak sekitar 1.200 tahun cahaya dari Bumi. (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Teleskop ruang angkasa Kepler, yang secara simultan dan terus menerus mengukur kecerahan pada lebih dari 150.000 bintang, adalah misi dari NASA yang pertama kali mampu mendeteksi planet-planet seukuran Bumi di seputar bintang mirip matahari kita. Mengorbiti bintangnya setiap 122 hari, Kepler-62e menjadi planet zona layak huni pertama yang teridentifikasi. Kepler-62f, yang memiliki periode orbit selama 267 hari, selanjutnya ditemukan oleh Eric Agol, profesor astronomi di University of Washington, salah satu bagian yang terlibat dalam studi ini.
Ukuran planet Kepler-62f kini sudah berhasil ditemukan, namun massa dan komposisinya belum diketahui. Meski demikian, berdasarkan studi-studi sebelumnya yang menyoroti eksoplanet berukuran serupa, para ilmuwan dapat memperkirakan massanya dengan metode asosiasi.
“Deteksi dan konfirmasi planet sangat membutuhkan upaya kolaboratif bakat dan sumber daya, serta menuntut keahlian dari seluruh komunitas ilmiah untuk bisa mewujudkan hasil-hasil yang luar biasa ini,” tutur William Borucki, kepala peneliti Kepler di Ames Research Center NASA di Moffett Field, California, dan memimpin penulisan makalah untuk studi sistem Kepler-62, “Kepler telah membawa kebangkitan dalam penemuan astronomi dan kami membuat kemajuan yang sangat baik menuju ke arah penentuan apakah planet yang mirip planet kita ini adalah pengecualian ataukah mengikuti aturan.”
Gambar Kepler-69c berdasarkan ilustrasi artistik, sebuah planet berukuran super-Bumi dalam zona layak huni di sebuah bintang yang mirip matahari kita. (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Gambar Kepler-69c berdasarkan ilustrasi artistik, sebuah planet berukuran super-Bumi dalam zona layak huni di sebuah bintang yang mirip matahari kita. (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Dua dunia zona layak huni di seputar Kepler-62 memiliki tiga planet pendamping lain yang berjarak lebih dekat dengan bintangnya; dua di antaranya berukuran lebih besar dari Bumi, sedangkan yang satunya seukuran Mars. Kepler-62b, Kepler-62c dan Kepler-62D, yang masing-masing mengorbit setiap lima, 12, dan 18 hari, membuat mereka menjadi sangat panas dan tidak ramah bagi kehidupan seperti yang kita kenal.
Lima planet dalam sistem Kepler-62 mengorbiti sebuah bintang yang diklasifikasikan sebagai kurcaci K2, berukuran hanya dua pertiga dari matahari dengan kecerahan yang hanya seperlima dari matahari. Di usia tujuh miliar tahun, bintang ini sedikit lebih tua dari matahari, berjarak sekitar 1.200 tahun cahaya dari Bumi dalam konstelasi Lyra.
Gambar Kepler-62e berdasarkan ilustrasi artistik, sebuah planet berukuran super-Bumi dalam zona layak huni di seputar bintang yang berukuran lebih kecil dan lebih dingin dari matahari kita, berlokasi sekitar 1.200 tahun cahaya dari Bumi. (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Gambar Kepler-62e berdasarkan ilustrasi artistik, sebuah planet berukuran super-Bumi dalam zona layak huni di seputar bintang yang berukuran lebih kecil dan lebih dingin dari matahari kita, berlokasi sekitar 1.200 tahun cahaya dari Bumi. (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Pendamping untuk planet Kepler-69c, yang dikenal sebagai Kepler-69b, berukuran dua kali dari ukuran Bumi dan melintasi orbitnya setiap 13 hari. Bintang yang menjadi induk bagi planet-planet dalam sistem Kepler-69 dimasukkan ke dalam kelas yang sama dengan matahari kita, yaitu tipe-G. Berukuran 93 persen dari ukuran matahari dengan kecerahan sebesar 80 persen dari matahari, terletak sekitar 2.700 tahun cahaya dari Bumi dalam konstelasi Cygnus.
“Kita hanya mengetahui satu bintang yang menjadi induk bagi sebuah planet berisi kehidupan, yaitu matahari. Menemukan sebuah planet dalam zona layak huni di seputar bintang seperti matahari kita merupakan tonggak penting dalam menemukan planet yang benar-benar mirip Bumi,” ujar Thomas Barclay, ilmuwan Kepler di Bay Area Environmental Research Institute di Sonoma, California, serta mengisi posisi sebagai penulis utama dalam penemuan sistem Kepler-69 yang dipublikasikan dalam Jurnal Astrophysical.
Gambar Kepler-62f berdasarkan ilustrasi artistik, sebuah planet berukuran super-Bumi dalam zona layak huni di seputar bintang induknya. (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Gambar Kepler-62f berdasarkan ilustrasi artistik, sebuah planet berukuran super-Bumi dalam zona layak huni di seputar bintang induknya. (Kredit: Ames/JPL-Caltech NASA)
Ketika sebuah calon planet transit, atau melintas di depan bintang dari sudut pandang pesawat ruang angkasa, persentase cahaya dari bintang tersebut akan terhalang. Hasilnya adalah lengkung kecerahan cahaya bintang yang mengungkap ukuran planet transit, relatif terhadap bintangnya. Melalui metode transit ini, Kepler sudah berhasil mendeteksi 2.740 calon planet. Dengan mengerahkan berbagai teknik analisis, teleskop berbasis darat serta aset-aset ruang angkasa lainnya, 122 planet telah berhasil dikonfirmasi.
Di awal misi, teleskop Kepler menemukan planet-planet gas raksasa dalam orbit yang sangat dekat dengan bintang induknya. Dikenal sebagai “Jupiter-jupiter panas”, planet-planet tersebut lebih mudah dideteksi karena ukuran dan periode orbitnya yang sangat singkat. Bumi memakan waktu tiga tahun untuk menuntaskan tiga kali transit yang dibutuhkan agar bisa diakui sebagai calon planet. Dengan berlanjutnya pengamatan oleh Kepler, sinyal-sinyal transit dari planet zona layak huni seukuran Bumi yang mengorbiti bintang mirip matahari akan mulai muncul.
Untuk informasi lebih lanjut tentang misi Kepler, kunjungi: http://www.nasa.gov/kepler
Kredit: NASA
Jurnal: William J. Borucki, Eric Agol, Francois Fressin, Lisa Kaltenegger, Jason Rowe, Howard Isaacson, Debra Fischer, Natalie Batalha, Jack J. Lissauer, Geoffrey W. Marcy, Daniel Fabrycky, Jean-Michel Désert, Stephen T. Bryson, Thomas Barclay, Fabienne Bastien, Alan Boss, Erik Brugamyer, Lars A. Buchhave, Chris Burke, Douglas A. Caldwell, Josh Carter, David Charbonneau, Justin R. Crepp, Jørgen Christensen-Dalsgaard, Jessie L. Christiansen, David Ciardi, William D. Cochran, Edna DeVore, Laurance Doyle, Andrea K. Dupree, Michael Endl, Mark E. Everett, Eric B. Ford, Jonathan Fortney, Thomas N. Gautier III, John C. Geary, Alan Gould, Michael Haas, Christopher Henze, Andrew W. Howard, Steve B. Howell, Daniel Huber, Jon M. Jenkins, Hans Kjeldsen, Rea Kolbl, Jeffery Kolodziejczak, David W. Latham, Brian L. Lee, Eric Lopez, Fergal Mullally, Jerome A. Orosz, Andrej Prsa, Elisa V. Quintana, Dimitar Sasselov, Shawn Seader, Avi Shporer, Jason H. Steffen, Martin Still, Peter Tenenbaum, Susan E. Thompson, Guillermo Torres, Joseph D. Twicken, William F. Welsh, Joshua N. Winn. Kepler-62: A Five-Planet System with Planets of 1.4 and 1.6 Earth Radii in the Habitable ZoneScience, 2013; DOI: 10.1126/science.1234702

Tingka Literasi Membaca

Sabtu, 13 Juli 2013 10:51
Tingkat literasi membaca, matematika, dan sains siswa di seluruh dunia dapat diketahui dari
tiga studi internasional yang dipercaya sebagai instrumen untuk menguji kompetensi global,
yaitu PIRLS, PISA, dan TIMSS. PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study)
adalah studi literasi membaca yang dirancang untuk mengetahui kemampuan anak sekolah
dasar dalam  memahami  bermacam ragam  bacaan.
Penilaiannya  difokuskan  pada  dua  tujuan  membaca  yang  sering  dilakukan anak-anak, baik
membaca di sekolah maupun di rumah, yaitu membaca cerita/karya sastra dan membaca untuk
memperoleh dan menggunakan informasi.
PISA (Programme for International Student Assessment) adalah studi literasi yang bertujuan
untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 tahun (kelas III SMP dan
Kelas I SMA) dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains
(scientific literacy). Penilaian yang dilakukan dalam PISA berorientasi ke masa depan, yaitu
menguji kemampuan anak muda itu untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan
mereka  dalam  menghadapi  tantangan  kehidupan  nyata,  tidak  semata-mata  mengukur
kemampuan yang dicantumkan dalam kurikulum sekolah.
TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study)  adalah studi internasional
untuk kelas IV dan VIII dalam bidang Matematika dan Sains. TIMMS dilaksanakan untuk
mengetahui tingkat pencapaian siswa berbagai negara di dunia sekaligus memperoleh
informasi yang bermanfaat tentang konteks pendidikan Matematika dan Sains.  Pada tahun
1999, hasil studi menunjukkan bahwa di antara 38 negara peserta, prestasi siswa  SMP  kelas
VII  Indonesia  berada  pada  urutan  ke-32  untuk  sains  dan  ke-34  untuk Matematika.
Dalam studi literasi juga terdapat perbandingan pencapaian literasi siswa laki-laki dibandingkan
dengan siswa perempuan. Pada umumnya, siswa perempuan memperoleh nilai rata-rata yang
lebih tinggi di semua Negara terkecuali di Liechtenstein. Siswa  perempuan mendapatkan
kenaikan  nilai  yang  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  siswa  laki-laki  dengan perbedaan
nilai sebesar 16 poin untuk siswa perempuan dan 11 poin untuk siswa laki-laki. Sebagai
perbandingan, pada literasi matematika, pencapaian siswa laki-laki masih lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa perempuan pada hampir semua negara peserta.
Di Indonesia, siswa  perempuan mendapatkan  kenaikan  nilai  yang  lebih  tinggi
dibandingkan  dengan  siswa  laki-laki  dengan perbedaan nilai sebesar 16 poin untuk siswa
perempuan dan 11 poin untuk siswa laki-laki. Pencapaian  untuk  masing-masing  tingkat
literasi  menunjukkan  bahwa  pencapaian  siswa perempuan di bawah tingkat literasi-1
bertambah dengan drastis dengan penurunan pencapaian pada tingkat literasi-3 sampai 5.
Tingkat literasi membaca, matematika, dan sains siswa-siswi Indonesia termasuk  rendah
dibandingkan dengan tingkat literasi siswa seusia mereka di dunia. Dari studi tahun 1999 itu
diketahui bahwa keterampilan membaca kelas IV Sekolah Dasar kita berada pada tingkat
terendah  di  Asia  Timur.
Rendahnya pencapaian literasi siswa kita itu tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor. Tiga hal
yang  akan  dibahas  di  bawah  ini  berkenaan  dengan  ‘kurikulum’  atau  desain  soal  PISA
dibandingkan  dengan  standar  isi  atau  kurikulum  kita,  serta  kerangka  teoretis  yang
melatarbelakangi perancangan soal tersebut. (Mayla, dikutip dari Makalah Perbandingan
Gender Dalam Prestasi Literasi Siswa Indonesia, Dr. Suhendra Yusuf, M.A
.)

BAGAIMANA ORANGTUA MEMBANTU BELAJAR MEMBACA

Kamis, 25 April 2013 11:11
Jika anak Anda tampaknya hanya membuat sedikit kemajuan pada tahap pertama membaca,
mungkin ini berarti pendekatan keseluruhannya salah dan ia terlalu bergantung pada matanya,
daripada menggunakan otaknya.
Bersantailah dengannya pada suatu malam dan ajaklah ia membaca buku sekolahnya
sebentar. Jika pada saat membaca ia bersusah payah dari satu kata ke kata lain dan
menghasilkan sebuah kalimat yang sulit dimengerti, ini karena ia berusaha mengartikan
rangkaian bentuk daripada memikirkan arti kata tersebut. Tanpa mengingat arti, ia tidak dapat
memeriksa apakah ia telah melakukannya dengan benar atau tidak. Tapi saat ibunya berbicara
kepadanya, ia langsung mengerti tanpa harus mengenali setiap kata atau suku kata.  Entah
mengapa ia tidak menggunakan teknik yang sama dalam membaca. Ia tidak menggunakan
pengetahuan bahasanya untuk menebak apa yang akan timbul selanjutnya, sehingga
mengartikan simbol menjadi jauh lebih mudah.
Anda dapat menggunakan permainan membaca sederhana untuk membantunya. Jika Anda
membacakan sebuah cerita, gerakkan jari Anda di sepanjang barisan kata, sehingga ia
mengikuti hal ini dengan matanya. Setelah dua atau tiga kalimat, berhentilah tiba-tiba dan
biarkan anak menebak kata berikutnya. Jika kalimat berupa: “Ibu berkata bahwa Jenny boleh
pergi dan bermain tapi ia harus pulang pukul…”, anak bisa menebak lima. Ia mungkin salah,
tapi ia mengerti bahwa kalimat itu kehilangan penanda waktu dan ia mengerti anak harus
pulang bermain saat sudah sore. Ia akan segera menyadari bahwa ia hanya perlu mengenali
satu atau dua huruf pertama dari kata yang tidak diketahui untuk menjawab dengan benar. Jika
Anda mengulangi permainan ini terus-menerus ia seharusnya terbiasa menggunakan otak dan
matanya saat ia mencoba membaca.

Membaca untuk mencari informasi
Jika anak dapat didorong untuk memandang kegiatan membaca sebagai sesuatu yang
bermanfaat dan diperlukan dalam hidup setiap hari, maka mereka akan menerima kata tertulis
dengan mudah dan alami, bukan menjadi sedikit gelisah seperti kebanyakan orang dewasa.
 Bantulah anak Anda dengan menugaskannya membaca daftar belanja, misalnya, dan mintalah
ia membacakan apa yang harus dibeli satu per satu sambil mengelilingi supermarket. Mintalah
ia membacakan resep saat Anda memasak atau mencari jadwal pemutaran film di surat kabar.
Membantu belajar angka
Kebanyakan orangtua masih mengajari anaknya menghitung sampai 10 dengan menghafal
atau menunjuk jari-jarinya satu-satu, tapi jauh lebih bermanfaat bagi anak jika ia belajar
menggerakkan biji sempoa, kismis, atau uang receh dalam kelompok-kelompok. Dengan
demikian ia tidak akan beranggapan bahwa empat berarti urutan keempat dalam rangkaian,
melainkan seperangkat benda berjumlah empat.
Begitu ia telah memahami ide tersebut, Anda bisa menerapkannya dengan menghitung pria
berpayung atau anjing saat Anda berjalan-jalan. Ini bisa meningkatkan konsentrasi dan
kemampuan berhitung. Sebagai ganti meronce manik-manik kayu seadanya, ia bisa mencoba
menyusun dua manik-manik merah bersama-sama, lalu tiga manik-manik hijau, dan
seterusnya. Permainan memilah-milah bisa menjadi cara belajar terbaik. Anda dapat mengajak
anak untuk memilah barang rumah tangga, seperti berbagai jenis kacang dari sebuah mangkuk
besar ke dalam empat mangkuk yang lebih kecil. (DF, dikutip dari buku panduan kesehatan
keluarga, terbitan Erlangga)